Friday, October 12, 2012

Secuil Dialog Tentang Keindahan Dan Seniman

Penanya: Pikiranku bertanya apakah seniman itu? Di tepi sungai Gangga sana, dalam sebuah bilik sempit yang gelap, seorang pria duduk menenun sari yang sangat indah dari sutera dan emas, dan di Paris, dalam studionya, orang lain melukis dengan harapan akan memperoleh ketenaran dari hasil karyanya. Di suatu tempat terdapat seorang penulis yang dengan terampilnya mengarang cerita-cerita yang mengungkapkan problema kuno tentang pria dan wanita; lalu ada si ilmuwan dalam laboratoriumnya dan si teknisi yang merakit jutaan komponen supaya sebuah roket dapat diluncurkan ke bulan. Dan di India seorang pemain musik hidup dalam keadaan yang amat sederhana agar dapat meneruskan dengan setia sari keindahan musiknya. Ada pula ibu rumah tangga yang mempersiapkan makanan itu, dan si penyair yang berkelana seorang diri di hutan. Bukankah semua orang itu seniman dengan caranya masing-masing? Saya rasa keindahan berada di tangan setiap orang, tetapi mereka tidak mengetahuinya. Orang yang membuat pakaian yang indah atau sepatu yang unggul mutunya, wanita yang merangkai bunga sebagai hiasan di meja Anda, mereka semua nampaknya bekerja dengan rasa keindahan. Saya seringkali bertanya-tanya dalam hati apakah sebabnya pelukis, pemahat, komponis, pengarang - mereka yang disebut seniman kreatif - begitu luar biasa artinya di dunia ini, sedangkan tukang sepatu atau tukang masak tidak. Bukankah mereka ini juga kreatif? Apabila Anda memikirkan segala macam ekspresi yang di anggap indah itu, maka apa arti seniman yang sejati dalam kehidupan, dan siapakah seniman yang sejati itu? Orang mengatakan bahwa keindahan adalah inti sari seluruh kehidupan. Apakah bangunan disana itu, yang dianggap begitu indah, merupakan ekspresi dan inti sari itu ? Saya akan sangat menghargai sekiranya Anda sudi membahas seluruh persoalan mengenai keindahan dan seniman.

Krishnamurti: Seniman terang orang yang mahir dalam tindakannya. Tindakan ini ada di dalam kehidupan dan bukan di luarnya. Oleh sebab itu bila ia menghayati kehidupan penuh kemahiran, itulah sesungguhnya yang menjadikannya seorang seniman. Kemahiran ini bisa beroperasi selama beberapa jam sehari manakala ia memainkan sebuah alat musik, menulis sajak atau membuat lukisan; atau kemahiran bisa beroperasi lebih lama lagi jika ia mahir pula dalam banyak fragmen lainnya - seperti para seniman besar di zaman Renaissance yang berkarya dalam berbagai bidang yang berbeda-beda. Tetapi beberapa jam bermain musik atau mengarang bisa bertentangan dengan bagian hidupnya yang lain, yaitu bagian yang penuh kekacauan dan kebingungan. Jadi apakah orang seperti itu seorang seniman? Orang yang mahir bermain biola dan berupaya terus agar menjadikannya tenar, tidak menaruh perhatian pada biola; dia hanya mengeksploitasi biolanya untuk menjadi terkenal, si "aku" jauh lebih penting ketimbang musiknya, dan demikian pula halnya dengan si pengarang atau si pelukis yang mendambakan ketenaran. Si pemain musik menyamakan "aku"-nya dengan musik yang dianggapnya indah, dan orang yang saleh menyamakan "aku"nya dengan sesuatu yang dianggapnya luhur. Mereka semua memang memiliki kemahiran dalam bidangnya masing-masing yang khusus dan sempit itu, tapi bidang kehidupan lainnya yang begitu luas tidak dihiraukannya. Sebab itu kita perlu menyelidiki apakah kemahiran dalam tindakan, dalam hidup, tidak hanya dalam melukis atau menulis atau dalam teknologi saja, melainkan bagaimana kita dapat menghayati seluruh kehidupan dengan kemahiran serta keindahan. Apakah kemahiran serta keindahan itu sama? Dapatkah seorang manusia - entah dia seniman atau bukan - menghayati seluruh kehidupannya dengan kemahiran dan keindahan? Hidup adalah tindakan dan apabila tindakan itu menimbulkan penderitaan, maka tindakan itu berhenti sebagai kemahiran. Jadi bisakah orang hidup tanpa derita, tanpa perselisihan, tanpa iri hati dan keserakahan, tanpa konflik macam apapun? Persoalannya bukanlah siapa seniman dan siapa bukan seniman, tetapi apakah manusia, Anda atau pun lain orang, bisa hidup tanpa siksaan dan tanpa distorsi. Tentu saja tidak selayaknya jika orang meremehkan musik yang agung, karya pahatan yang besar, puisi atau tarian yang indah, atau mencemoohkannya; itu berarti tidak adanya kemahiran dalam hidupnya sendiri. Tetapi ketrampilan seniman dan keindahan, yaitu kemahiran dalam tindakan, seharusnya beroperasi sepanjang hari, tidak hanya selama beberapa jam sehari. Inilah tantangan sesungguhnya, jadi bukan sekedar memainkan piano dengan indahnya. Anda memang harus melakukannya dengan baik jika Anda bermain piano, tapi itu saja tidak cukup. Itu ibarat memupuk satu segi yang kecil dari bidang yang luas sekali. Kita berurusan dengan seluruh bidang, yaitu bidang kehidupan. Yang selalu kita lakukan ialah mengabaikan keseluruhan bidang dan berkonsentrasi pada fragmen, fragmen kita sendiri atau fragmen orang lain. Ketrampilan seniman berarti betul-betul waspada dan oleh sebab itu mahir dalam tindakan menghayati keseluruhan hidup, dan inilah keindahan.

Penanya: Lalu bagaimana halnya dengan karyawan pabrik atau pegawai kantor? Apakah dia itu seniman? Apakah pekerjaannya tidak menghalangi kemahiran dalam tindakan dan dengan demikian mematikannya sehingga tak ada kemahiran dalam bidang apapun lainnya? Tidakkah dia terkondisi oleh pekerjaannya?

Krishnamurti: Tentu saja dia terkondisi. Akan tetapi kalau semangatnya bangkit, maka ia akan meninggalkan pekerjaan itu atau mengubahnya sedemikian rupa sehingga pekerjaan itu menjadi karya seni. Yang penting bukanlah pekerjaannya, melainkan bangkitnya semangat untuk melakukannya. Yang penting bukan soal pengkondisian pekerjaan itu terhadap seseorang, melainkan bangkitnya semangat orang itu.

Penanya: Apakah yang Anda maksudkan dengan bangkitnya semangat ?

Krishnamurti: Apakah oleh keadaan saja semangat Anda bisa bangkit, oleh tantangan, oleh bencana ataupun kegembiraan? Ataukah ada keadaan bangkit tanpa penyebab apa pun? Jika Anda bangkit oleh suatu peristiwa, suatu sebab, maka Anda tergantung kepadanya; dan apabila Anda tergantung kepada sesuatu - entah itu obat bius, seks, lukisan, atau musik - Anda membiarkan diri Anda sendiri dinina-bobokkan. Jadi setiap ketergantungan adalah berakhirnya kemahiran, berakhirnya ketrampilan seniman.

Penanya: Apakah keadaan bangkit yang lain, yang tanpa sebab itu? Anda berbicara mengenai keadaan yang tidak bersebab dan tanpa akibat. Bisakah ada keadaan batin yang tidak dihasilkan oleh suatu sebab? Saya tidak mengerti, sebab bukankah segala yang kita pikirkan dan apapun adanya kita, merupakan akibat dari suatu sebab? Ada rangkaian sebab dan akibat yang tanpa akhir.

Krishnamurti: Rangkaian sebab dan akibat itu tak mengenal akhir karena akibat menjadi sebab dan sebab tadi melahirkan akibat lebih banyak lagi dan seterusnya.

Penanya: Lalu tindakan apakah yang terlepas dari rangkaian ini?

Krishnamurti: Yang kita ketahui hanyalah tindakan yang mempunyai sebab, mempunyai motif, tindakan yang merupakan akibat. Semua tindakan ada dalam antar hubungan. Jika antar hubungan dilandasi sebab, maka antar hubungan tadi menjadi penyesuaian yang cerdik dan karenanya tak ayal lagi menuju bentuk kejemuan lain. Cinta kasih adalah satu-satunya hal yang tak bersebab, yang bebas; itulah keindahan, itulah kemahiran, itulah seni. Tanpa cinta kasih, seni tidak ada. Apabila seniman sedang bermain dengan indahnya, disitu tidak ada si “aku“; yang ada ialah cinta kasih dan keindahan, dan inilah seni. Inilah kemahiran bertindak. Kemahiran bertindak adalah keadaan tanpa si “aku“. Seni adalah tidak hadirnya si “aku“. Tetapi bila Anda mengabaikan keseluruhan bidang kehidupan dan hanya berkonsentrasi pada sekelumit bagian saja - betapapun seringnya “aku“ Anda itu tidak hadir, Anda masih tetap hidup tanpa kemahiran dan karena itu Anda bukanlah seniman kehidupan. Ketidak-hadiran si “aku” dalam kehidupan berarti cinta kasih dan keindahan, yang akan membawa kemahirannya sendiri. Inilah seni yang paling agung : hidup mahir dalam keseluruhan persada kehidupan.

Penanya: Ya Allah! Bagaimana saya bisa melakukannya? Saya melihatnya, hati saya bisa merasakannya, tapi bagaimanakah saya bisa mempertahankannya?

Krishnamurti: Tidak ada cara untuk mempertahankannya, tak ada cara memupuknya, tak ada latihan yang diperlukan; yang ada hanyalah melihat semua itu. Melihat adalah yang paling besar diantara segala kemahiran.

No comments:

Post a Comment