Saturday, October 6, 2012

LAWAK DALAM WAHANA KEBUDAYAAN

DARI awal mula begitu lahir dari rahim sang ibunya, seorang bayi kecil nan mungil sudah dekat sekali dengan hal-hal yang sifatnya lucu atau jenaka. Kelucuan-kelucuan dan lawakan-lawakannya yang sederhana, suudah selalu dikenalkan kepadanya pada saat seseorang menimang-nimang dan meliling-liling bayinya.

                Juga oleh orang-orang sekitar yang mulai mengajak berkomunikasi dengan bayi yang baru mulai belajar berbashasa dan berkomunikasi dengan sesamanya itu,

                Berkenaan dengan hal ini mohon diperiksa juga didalam Cristal(1998) yang sebagian intinya dikutip berikut ini .’Everyone plays with language or respondens to language play some take mild pleasure frome it; others are totally obsessed by it ;but no one can avoide it’. Mohon deperiksa juga didalam wijana (2003) dan didalam rahardi (2003c).

                Bahasa yang dipakai sang ibu,atau mungkin juga oleh sang pengasuh bayi yang masih kecil mungil itu, adalah bahasa yang khusus atau yang khas sekali sifatnya. Bahasa yang mereka gunakan itu tidak cukup lazim dipakai dan ditemukan dalam keseharian bertutur sapa. Bahsa jenaka yang direka reka diserap dan diserapkan oleh sang bayi mungil itu lwat telinga telinga indahnya.

                Maka, katakana saja seorang dosen wanita yang sudah dekat sekali dengan hal-ihwal yang sifatnya ilmiah akedemis di dalam kampus akan serta merta berubah total bahasa yang dipakaiya begitu dia pulang dan menimang nimang dan meliling liling bayinya yang masih kecil dan mungul itu

                Dia akan dengan serta merta berbahasa dengan model bahasa jenaka dengan lawakan lawakan sederhana dengan sang bayinya sesekali dia akan melawak dan melucu kepadanya sesekali pula dia akan menyuarakan suara suara jenaka yang tidak lazim baginya.

                Hal demikan ini didalam studi linguistic lazim disebut dengan “baby talk” didalam rahardi (2003d) dijelaskan juga bahwa “baby talk” itu bias dilakukan koleh sang ibu atau sipengasuh bayi untuk bermaksud mengajak berbicara dan bercanda dengan sang bayi yang notabene, belum dapat berbicara itu.

                Lazimnya “baby talk”  dilakukan dengan vokalisasi yang biasanya . Misalnya saja dengan mengubah timbernya atau warna suaranya membuat variasi pada keras lemahnya nada suara menyuarakan bentuk bentuk kebahasan tertentu disertai dengan perubahan mimic,sikap perilaku berbicaranya.

Demikian posting dari Djiwo,silahkan lanjut baca di postingan berikutnaya,,,,salam budaya,,!!

No comments:

Post a Comment