Di
sisi lain, dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah
penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan
dengan perantaraan alat komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap
oleh indra pendengaran (seni suara), penglihatan (seni lukis dan ruang),
atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari dan drama).
Dari difinisi yang kedua ini bisa jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa kaum muslim yang terungkap melalui bantuan alat instrumental baik berupa suara maupun ruang. Hal ini juga bisa kita lihat dalam catatan sejarah bahwa dalam perkembangannya baik seni suara maupun ruang termanifestasikan.
Dengan definisi demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa lampau maupun masa kini bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuhi kerangka dasar dari difinisi-difinisi di atas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni Islam bukan terletak pada dimana dan kapan seni tersebut termanifestasikan, melainkan pada esensi dari ajaran-ajaran Islam yang terejahwantah dalam karya seni tersebut.
B. Perkembangan seni pada masa bani umayyah
Perkembangan seni Pada masa Daulah Bani Umayyah , terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, dan seni bangunan (Arsitektur).
1. Seni Bahasa
Kemajuan
seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan
kemajuan bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa Daulah Bani
Umayyah kaum muslimin sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang,
yaitu bidang politik, ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan. Dengan
sendirinya kosakata bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan
istilah –istilah baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya.
Kota
Basrah dan Kufah pada zaman itu merupakan pusat perkembangan ilmu dan
sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar
pikiran dalam diskusi-diskusi ilmiah dengan orang-orang dari bangsa yang
telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu pula banyak kaum
muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai
bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (Ilmu
Nahwu dan sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta banyak pula lahir-lahir
penyair-penyair terkenal.
2. Seni Rupa
Seni
rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir,
seni pahat, sama halnya dengan zaman permulaan, seni ukir yang
berkembang pesat pada zaman itu ialah penggunaan khat arab (kaligrafi)
sebagai motif ukiran.
Yang
terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an,
Hadits Nabi dan rangkuman syair yang di pahat dan diukir pada tembok
dinding bangunan masjid, istana dan gedung-gedung.
3. Seni Suara
Perkembangan
seni suara pada zaman pemerintahan Daulat Bani Umayyah yang terpenting
ialah Qira’atul Qur’an, Qasidah, Musik dan lagu-lagu lainnya yang
bertema cinta kasih.
4. Seni Bangunan (Arsitektur)
Seni
bangunan atau Arsitektur pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah
pada umumnya masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan
kota Damaskus, kota Kairuwan, kota Al- Zahra. Adapun seni bangunan agama
antara lain bangunan Masjid Damaskus dan Masjid Kairuwan, begitu juga
seni bangunan yang terdapat pada benteng- benteng pertahanan masa itu.
Adapun
kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, berkembangnya dilakukan dengan
jalan memberikan dorongan atau motivasi dari para khalifah. Para
khalifah selaku memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi para ulama,
ilmuwan serta para seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu
pengetahuan dan kebudayaan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan di
sediakan anggaran oleh negara, itulah sebabnya ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesatnya.
Pusat
penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat di masjid-masjid. Di
masjid-masjid itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing
gurunya yang mengajar ilmu pengetahuan agama dan umum ilmu pengetahuan
agama yang berkembang pada saat itu antara lain ialah, ilmu Qira’at,
Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu, Balaqhah dan lain-lain. Ilmu tafsir pada
masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang terjadi
pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Tafsir berkembang dari
lisan ke lisan sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada
masa itu ialah Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi yang sekaligus
juga paman Nabi yang terkenal.(sumber: njabisnis.net))
No comments:
Post a Comment