Sunday, March 18, 2012

Perlombaan


Tentang perlombaan yang pernah kami ikuti:
pada awal telahirnya Teater Djiwo ini sih banyak banget perlombaan yang kami ikuti ...
tentunya kami juga dapat juara doooonk,,{sombong sedikit,,hehehehe},,,,
salah satunya adlah memenangkan juara satu pada vestival teater seJAWA BALI,,
dan salah satu pemain kita dinobatkan sebagai aktor terbaik dari 8 KOTA....
dengan membawakan nasakah komedi yang berjudul ENTET(JOKO KENDIL)
kami mampuh membius para penonton,,,dan akhirnya membopong piala tropi yang ukurannya sebesar badan kami,,
dan masih banyak lagi perlombaan-perlombaan dimuka bumi ini yang kami juarai...hehehehehe..
kalo pengen tau lebih lengkap,,,gabung aja bareng kami di SANGGAR SENI TEATER DJIWO 

Peran Teater bagi Kemajuan Budaya

Peran Teater bagi Kemajuan Budaya 
"Pernahkah Anda membayangkan seberapa besar kemampuan teater dalam mewujudkan perdamaian dan kerukunan? Di saat bangsa-bangsa dunia menggelontorkan dana besar-besaran untuk menegakkan misi perdamaian di wilayah-wilayah yang dilanda perang, namun teater tak pernah dianggap sebagai solusi alternatif untuk memecahkan masalah dan memanage konflik. Lantas bagaimanakah umat manusia bisa mewujudkan perdamaian global? Sementara perangkat untuk menciptakan perdamaian hingga kini masih menjadi monopoli kekuatan imperialis?"

Statemen bernada kritis tadi merupakan pernyataan Dr. Jessica Kahwa, penulis sekaligus pakar komunikasi dan teater asal Uganda. Kebetulan tahun ini, pernyataannya itu ditetapkan sebagai pesan Hari Teater Sedunia. Nama tokoh perempuan Afrika itu terkenal di tingkat internasional bukan karena gelar doktoral di bidang teater dan beragam riset yang ia lakukan di ranah tersebut, tetapi lantaran peran aktifnya dalam berbagai misi kemanusiaan di banyak negara, terutama di Afrika.

Sejak 1961, atas usulan Institut Teater Internasional (ITI), tanggal 27 Maret dikukuhkan sebagai Hari Teater Sedunia. Bersamaan dengan peringatan hari teater sedunia, dirilis pula pesan tahunan yang ditulis oleh salah seorang pakar atau seniman teater.

Dalam pesan Hari Teater Sedunia tahun ini, Dr. Kahwa menyebut teater memiliki kekuatan yang luar biasa untuk memobilisasi umat manusia dan menghapus berbagai jarak. Dijelaskannya, "Teater dengan potensinya yang luar biasa, mampu membebaskan jiwa manusia dari jeratan ketakutan dan prasangka buruk. Teater mampu menciptakan gambaran baru mengenai manusia dan menyodorkan kepada masyarakat dan umat manusia sebuah jendela yang mengarah pada berbagai horizon dan menyediakan banyak pilihan baru".

Semestinya, perayaan Hari Teater Sedunia di Iran digelar setiap akhir Maret sebagaimana di negara-negara lainnya. Namun karena saat itu di Iran bersamaan dengan rangkaian hari libur Nouruz atau tahun baru Iran, akhirnya perayaan tersebut digelar setiap akhir April atau di bulan Ordibehesht menurut kalender nasional Iran.

Semenjak tiga tahun lalu, komunitas teater di Iran bekerjasama dengan departemen kebudayaan dan bimbingan Islam memperingati Hari Teater Sedunia dengan menggelar sebuah program bernama Ordibehesht Teater-e Iran yang digelar secara serentak di tingkat nasional. Selain mementaskan beragam pertunjukan teater, program tersebut juga menjadi ajang untuk memberikan penghargaan dan apresiasi terhadap para praktisi dan peneliti teater. Di samping itu, di sela-sela program juga diadakan kegiatan seni lainnya, seperti pameran foto, poster, dan topeng serta pelatihan teater. Program Ordibehesht Teater-e Iran itu diselenggarakan selama sebulan penuh di setiap propinsi di Iran sejak 21 April hingga 21 Mei.

Seni pementasan awalnya merupakan ragam seni yang mulanya digelar untuk ritual keagamaan namun sesuai dengan perkembangan zaman, seni pementasan akhirnya berubah menjadi salah satu medium untuk menampilkan kreatifitas seni manusia. Bahkan bisa dibilang seni pementasan bisa dijadikan sebagai indikator kemajuan budaya suatu bangsa.

Bisa dibilang teater merupakan salah satu ragam seni pementasan kuno sekaligus baru. Di masa modern, selain sebagai pertunjukan seni, teater merupakan media komunikasi langsung yang bisa dijadikan alat untuk menyebarluaskan sebuah pemikiran ataupun menafikannya. Model teater seperti ini muncul semenjak teater tak lagi menjadi bagian dari ritus keagamaan dan berubah menjadi pentas untuk menampilkan beragam persoalan yang dihadapi umat manusia.

Meski seni pementasan di Iran memiliki jejak sejarah yang sangat tua, namun teater moden baru muncul di era Revolusi Konstitusional. Landasan pemikiran dan ideologi politik Revolusi Konstitusional telah dirintis sejak awal abad ke-19, ketika hubungan antara Iran dan Barat terjalin begitu erat. Kala itu, Iran didera krisis ekonomi, sosial, dan politik akibat pengaruh tekanan negara-negara Barat. Karena itu, perkembangan seni dan kebudayaan di Iran pun menemui bentuk baru dan sarat dengan cita rasa modern.

Di masa itu, tema-tema yang diusung teater Iran banyak berkisar pada persoalan politik, sosial, moral dan sejarah. Terkadang bahasa yang digunakan sarat dengan kandungan sastra yang terbilang berat untuk kalangan awam. Namun sebagian besar bahasa teater di masa itu cukup populis.

Pada era Revolusi Konstitusional, banyak bermunculan pula kelompok-kelompok teater. Kelompok-kelompok tersebut bukan hanya muncul di Tehran, tetapi juga di kota-kota besar lainnya seperti Tabriz, Rasht, Mashad, dan Isfahan.

Teater Iran di masa itu terbilang memiliki andil besar dalam meningkatkan taraf pengetahuan politik masyarakatnya. Apalagi sebagian besar tema yang dipentaskan banyak menceritakan isu-isu sosial dan politik. Menariknya lagi, masyarakat minoritas keagamaan di Iran seperti penganut Kristen Ortodok Armenia dan Zoroaster juga ikut mendirikan kelompok-kelompok teater. Bisa dibilang, teater Iran di zaman itu telah menjadi media pergerakan sosial dan politik.

Di era rezim Pahlevi, gaya kebarat-baratan sangat mendominasi perkembangan teater di Iran. Hal itu terjadi lantaran kebijakan sosial-politik rezim Iran di saat itu berkiblat pada Barat. Namun menjelang Revolusi Islam, model teater Iran yang kebarat-baratan tersebut banyak mendapat kritikan dari para seniman dan intelektual revolusioner. Perlahan gelombang kritikan tersebut berubah menjadi sebuah gerakan tersendiri yang muncul di kalangan para praktisi teater Iran. Gerakan tersebut menyuarakan untuk kembali pada nilai-nilai tradisional Iran dan estetika Islam serta membebaskan teater Iran dari pengaruh destruktif budaya Barat.

Dengan munculnya kemenangan Revolusi Islam pada tahun 1979, seni teater di Iran juga mengalami perubahan revolusioner. Semangat dan tema-tema yang diusung pun disesuaikan dengan tuntutan revolusioner rakyat. Dan lagi-lagi teater menjadi pentas untuk menampilkan perjuangan rakyat dan sangat dekat dengan isu-isu sehari-hari yang dihadapi masyarakat.

Pasca kemenangan Revolusi Islam, Perang Irak-Iran meletus. Tentu saja, tema besar yang ditampilkan teater Iran di saat itu tak jauh dari tema-tema seputar perjuangan rakyat menentang agresi rezim Baath Irak yang sangat kental dengan semangat patriotisme dan jihad membela tanah air.

Salah satu, karakter utama dunia teater Iran pasca Revolusi Islam adalah munculnya banyak penulis muda yang kreatif sehingga mampu bersaing dengan karya-karya asing. Munculnya banyak praktisi teater dari kalangan generasi muda ini menunjukkan bahwa perkembangan teater di Iran masih terus berkembang dinamis. Singkat kata, teater Iran pasca Revolusi Islam telah menjadi wahana pencerahan untuk meningkatkan taraf kebudayaan masyarakat Iran berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal dan Islam. (IRIB)

Pengertian Drama dan Teater


Pengertian Drama dan Teater
1. DRAMA
Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama

Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.

Drama (Yunani Kuno δρᾶμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.

2. TEATER

Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas, teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Teater bisa juga diartikan sebagai drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

Teater (Bahasa Inggris “theater” atau “theatre”, Bahasa Perancis “théâtre” berasal dari Bahasa Yunani “theatron”, θέατρον, yang berarti “tempat untuk menonton”) adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai ” yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain.” Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim.

Wajah-Wajah Di Teater Djiwo

                                           INILAH WAJAH-WAJAH DI TEATER DJIWO